Tuan bicara tentang persaudaraan dan kekerabatan
Menjual tali maningkamu sebagai kedok
Tuan teriak tentang dukungan dan partisipasi
Kamuflase hiti hala-hala ruma’i
Tuan khotbah tentang persatuan Hatuhaha
Sembunyi dibalik lahaha–lamuri sala isya’i
Tuan mendengungkan hidup wari wa’a
Bertopeng lahat sebagai senjata ampuh
Ditengah kepentingan politik
Tuan turun gunung
Ditengah kepentingan birokrasi
Tuan tebar pesona
Cukup bagi kami bahwa tuan egois
Nyata bagi kami bahwa tuan margais
Bukti jelas bahwa tuan oligarkis
Baktimu hanya untuk marga tuan
Darmamu hanya untuk keluarga tuan
Lalu apa yang harus kami banggakan dari tuan
Sekedar bahwa tuan lahir dan dibesarkan di Hatuhaha
Apa yang telah tuan berikan untuk tanah dan air Hatuhaha
Apa yang telah tuan persembahkan untuk generasi Hatuhaha
Apa yang telah tuan dedikasikan untuk peradaban Hatuhaha
Apa yang telah tuan korbankan untuk martabat Hatuhaha
Tuan banyak meminta
Tuan tak pandai memberi
Kami bukan budak tuan
Diperintah sekehendak hati
Kami tak sudi manusia macam tuan
Kami tak rela kesombongan tuan
Kami tak minta bantuan tuan
Kami tak hendak belas kasih tuan
Kami tak butuh pangkat dan jabatan tuan
Kami tak terima penindasan tuan
Kami masih bisa hidup ditepi wae ira & marike’e
Kami masih bisa bernapas antara haitapessy & namalatu
Desau daun pakis di rimbun pohon sagu
Simbol kesederhanaan sejak dulu kala
Senandung siput ditepian pantai
Makanan asyik anak negeri
Perlambang ketegaran manusia-manusia Hatuhaha
Cukup perdayai dirimu dengan lessi dunia
Jangan korbankan kesakralan peradaban ini
Apalagi sampai menjualnya
hanya untuk mengejar impian sempit
Sungguh,……….
Kami menolak yang tuan cari
Namun tuan terus meminta
Jakarta, 4 Juni 2010
Kapitan Merah
TUAN NEGERI HATUHAHA
19.33 |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar