Kolaborasi si Gagak

Gelak tawa para pengkultus
mengiringi alunan melodi siulan gagak hitam,
mengusung irama memekakan telinga
di pentas sandiwara degradasi titah guru…..

Mereka berbagi pedang bersama
sedang tangan yang lainnya bertamengkan intelektual
menebas di setiap sudut dialektika
tak urung membuat sang kesturi tercengan kaget
melihat kolaborasi klasik mereka di zaman digital…...

Debu zaman boleh mengendap di setiap cerita
namun tidak untuk jam dinding tua dalam cerita lain bang Alan Rusua.
Di kedai kang Ahmad Moni Ku berhutang secangkir tuak
biar mampu ku selami isyarat di balik tiga batang jarum
yang taat menjalankan titah waktu.

jam dinding tua itu kini berdenting
menebar isyarat di ketinggian singgasana arsy
alam pun mengamuk, tanda bumi tak lagi akur
ketika fenomena kedudukan mengambil alih titah pandita

Kang Ahmad, maaf ya....ku pinjam melodi di karya yg lain
Nusa hatuhaha nusa barakate
Tihiny barakatea wa’a kutika lessia dunia’e
Putu kota hatua kura lauto kalajimua
Syahadatau maheri suwe ma’aria dunia’e

Ini lelucon sejarah,
Siulan si gagak yang meruntuhkan aqidah
menyekap sudut fitrah manusia di lorong gelap
membungkam warisan jiwa yang sebenarnya
jangan…jangan…jangan tertidur di antara sejarah kawanku

kita terlahir untuk masa ini,
walau tinggi, biarkan Huruwano menjadi iri melihat lebih tingginya perjuangan kita
biarkan Alaka tersenyum, bahwa ternyata ada perjuangan di balik temboknya yg dulu kokoh
sebelum Tihu di Kaki Bukit Tihikondo menjadi kering
sebelum daun gadihu menjadi layu
sebelum malam menjelang….

si Gagak hanya butuh sangkar yang nyaman
sangkar yang di sinari Hannan…..Mannan….Daiyan dan Burhan
biar cukup cahayanya
terang penglihatannya…..
peka perasaannya…..
tajam penciumanannya
hingga cahaya penghidupan benar ada di sana


2 November 2010
(ditulis di : puncak segitiga gowa, di antara makam para sultan)

Oleh:
mahala lahat wa’a nusa talimau

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar